Senin, 25 April 2011

PARTAI NASIONAL REPUBLIK SUKSES ATAU AKSESORIS SAJA?

Oleh: Efriza, Pemerhati Partai Politik di Indonesia
Partai Nasional Republik, yang mencoba mengusung Tommy Soeharto. Apakah akan mengulang sukses partai-partai baru? Seperti sebelumnya misal, Partai Demokrat, Partai Hanura, dan Partai Gerindra. Untuk memahaminya akan dijelaskan berikut ini.
Partai Nasional Republik telah mendaftar di Kementerian Hukum dan HAM sebagai partai politik baru, namun diprediksi tidak akan mengulang sukses seperti partai-partai baru sebelumnya.
Sebab, selain karena persyaratan verifikasi yang sangat berat seperti berupa perwakilan di 33 provinsi (atau 100 persen), 75 persen perwakilan di kabupaten/kota, serta 50 persen di Kecamatan. Partai ini tidaklah didukung secara resmi oleh Tommy Soeharto sendiri. Sinyal itu tampak dari ketidakhadiran Tommy Soeharto, dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas), beberapa hari lalu. Meski bisa saja, ketidakhadiran Tommy, seperti Taktik tempo lalu Gerindra yang telah mengusung Prabowo dalam pendaftaran partainya meski Prabowo masih malu-malu mengakuinya.
Jika seperti kasus Gerindra, pertanyaannya Apakah partai ini telah solid dalam pembentukan kepengurusan? Karena sangat sulit dalam waktu yang singkat yakni hanya 6 (enam) bulan saja (Januari-Juni), dari pembukaan pendaftaran hingga verifikasi administrasi di Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, dengan tenggang waktu 2,5 tahun sebelum Pemilu. Berbeda dengan tempo lalu, yang persyaratannya tidak sulit yakni 60 persen Provinsi, 50 persen Kabupaten/Kota, dan 25 persen kecamatan. Dan, verifikasi yang lalu jaraknya hanya 1 tahun sebelum pemilu.
Tommy Soeharto juga sulit menjual namanya. Setelah tercoreng dari beragam kasus. Artinya, Tommy butuh memulihkan namanya kembali. Usaha menaikan namanya telah diusahakan dalam Pemilihan Ketua Umum Partai Golkar yang lalu, ternyata Tommy Soeharto tidak memperoleh suara.
Selain itu, tema Orde Baru telah usang. Sementara, nama Soeharto masih melekat diingatan masyarakat dengan beragam kesalahannya dalam memerintah, ini tampak dari belum diterimanya Soeharto untuk menerima Gelar Pahlawan Nasional tempo lalu. Sebelumnya, PKS juga sempat mengiklankan Soeharto sebagai Pahlawan pada Pemilu lalu, namun mengundang kontroversi.
Langkah yang sulit dan mungkin yang menghempaskan Partai Nasional Republik, adalah angka Parliamentary Thereshold yang dinaikan menjadi 3 persen dari 2,5 persen untuk Pemilu 2014. Sehingga demikian, prospek Partai Nasional Republik hanya menjadi penghibur bersama partai-partai gurem lainnya.•