Senin, 20 April 2009

Metode Menjadikan Busway Efektif

Oleh: Efriza, Penulis Buku “Ilmu Politik, Dari Ilmu Politik sampai Sistem Pemerintahan”
Penumpang Busway telah "lelah" menjadi peserta penumpukan di halte Busway pada jam sibuk, dan ditambah ditolaknya penumpang naik oleh PAM Transjakarta yang berada di dalam Busway Tersebut. Saya sebagai pengguna Busway dari Halte Jembatan Gantung juga mengalami hal yang sama, seperti hari ini saya berangkat Pukul 06.30 WIB sampai di Kantor (Halte Mampang-Prapatan) Jam 09.05 WIB
Karenanya, saya mengusulkan kepada pengelola TransJakarta untuk mengatasi penumpukkan penumpang. Ada beberapa cara yang bias dilakukan: Pertama, Penerapan Buka-Tutup per 1 orang. Metodenya, Busway telah kita ketahui kapasitasnya 85 orang. Misal, jika melaju dari central Busway di Kali Deres, selanjutnya sudah melaju ke halte-halte lain, nah saat jumlah penumpang yang diangkut sudah sangat banyak. Maka PAM Transjakarta yang berada di dalam Mobil tersebut, menerapkan system Buka-Tutup per 1 orang penumpang yang mengantri di Halte untuk diangkut menuju Harmoni.
Jika cara ini dianggap sulit untuk mengetahui batas maksimal 85 orang tersebut. Pengelola Transjakarta perlu menerapkan PAM Transjakarta pada setiap halte untuk mengatur penumpang memasuki Busway. Atau membeli alat sinyal batas kepadatan seperti yang ada di setiap Lift, cara ini sudah pasti efektif, karena bila penumpang melebihi kapasitas maka akan ada bunyi alarm dan pintu tidak bisa ditutup, pastinya terjadi kesadaran dari penumpang.
Kedua, Penerapan Busway pengalihan. Mekanismenya, misal, jika terjadi penumpukan (antre panjang) di Halte Jembatan Gantung, menuju Harmoni. Maka, penjaga Busway menghubungi penjaga Busway yang berada di Kalideres.
Lalu, Busway dari Kalideres, memulai mengangkut penumpang dari Kalideres, namun untuk halte-halte berikutnya diindahkan atau tidak diangkut, artinya langsung mengangkut penumpang yang terjadi penumpukan di Jembatan Gantung tersebut. Namun selanjutnya, Busway berjalan kembali normal yakni mengangkut penumpang di setiap halte, atau di halte selanjutnya Taman Kota.
Ketiga, Penerapan Putaran Setiap Per-Jam. Metode ini bermanfaat jika ada jalur memutar, seperti di lajur menuju Kali Deres. Sebab realitanya, Busway banyak yang melakukan memutar balik arah setelah di posisi Rawa Buaya da/atau memang hanya tujuannya sampai Rawa Buaya.
Cara penerapan kinerjanya, hampir sama dengan metode kedua. Bedanya pada metode ini, Busway yang digunakan adalah Busway Putaran, dan menggunakan metode telah sejam terjadi penumpukan penumpang. Misal, Busway melakukan pengambilan penumpang dari Rawa Buaya, selanjutnya Busway langsung melaju ke halte yang telah terjadi penumpukan secara besar-besaran dan sudah sejam.
Keempat, penambahan Busway atau pertukaran Busway. Metodenya sudah jelas, selayaknya armada Busway ditambah, agar paaling lambat 10 menit sudah ada Busway berikutnya.
Jika cara keempat membutuhkan biaya. Maka dipergunakan cara yang tidak memakan biaya, yakni pertukaran Busway. Metodenya, Busway Gandeng ditukar dengan 2 Busway biasa. Dengan cara ini mendapatkan dua keuntungan sekaligus, pertama, penumpang yang terbiasa menggunakan Busway Gandeng tidak dirugikan, sebab armada Busway tidak berkurang, dan kedua, penumpukan yang sering terjadi di lajur kalideres (misal) bisa sedikit teratasi, karena jumlah kapasitas penumpang yang akan terangkut dengan menggunakan sekali jalan Busway Gandeng, pasti di atas 85 orang.®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

html