Kamis, 04 November 2010

Amanda dan Soeharto


Efriza, “Penulis buku, PARLEMEN INDONESIA GELIAT VOLKSRAAD HINGGA DPD; Menembus Lorong Waktu Doeloe, Kini, dan Nanti”
Jari-jari lentiknya berseluncur di papan netbook, tiba-tiba Amanda tersentak ketika terdengar bunyi teeettt handphonenya mengirimkan pesan pendek. Ia membacanya, aduh…besok ketemuan lagi, jam 13.00 di toko buku, tempat ia menjadi member.
Sebelum membalas, Amanda bangkit dari tempat duduknya, buru-buru Ia melihat jadwal kuliahnya di organizernya, sekarang sampai besok tidak kuliah ini. Jari-jarinya lalu pindah berseluncur ke handphonenya, dibalasnya, Oke.
Esok harinya, Amanda berangkat menuju ke tempat diskusi. Amanda masuk Lewat jalan belakang, maklum Ia dari arah Jakarta menuju arah depok, meski turunnya di Lenteng Agung.
Ketika melewati rel-rel kereta, matanya yang semenjak di kursi belakang mobil berwarna jingga yang setia menganternya pulang-pergi. Tak pernah luput, dari ketertarikan tulisan ditembok jalan, “M E D I A L E G A L,” maklum Indonesia seperti di film-film Amerika aksi aspirasi melalui semprot cat. Amanda berjalan beberapa meter, bukan tertarik sama Kerbau yang disiapkan untuk hari Raya Idul Adha, yang diibaratkan ‘pahlawan untuk manusia,’ tetapi akan sebuah lukisan jalan bertema saling menghormati sesama manusia, bertuliskan “KERJA KERAS BUKAN KUDA, PRT JUGA MANUSIA,” ditulisan tersebut digambarkan seekor kuda yang menjadi pelayan seperti manusia.
Amanda tersadar, oh…ini aspirasi dari kekecewaan menuntut perlakuan sama bagi Pembantu Rumah Tangga (PRT). Mestinya, RUU ini berhasil ditetapkan dalam Program Legislasi Nasional 2010 yang dibahas di DPR dengan Pemerintah, ternyata deadlock dan berhenti pembahasannya ketika memasuki tentang hal-hal krusial mengenai perlakuan keadilan, misalnya waktu, tenaga, dan lain-lainnya.
Amanda mengetahui hal tersebut karena sering ikut dialog yang diundang oleh kawan-kawannya yang pengamat. Maklum, meski kuliah Amanda banyak belajar politik praktis di luar. Karena sikapnya yang ramah, ingin tahu dan terus belajar, membuatnya mudah bergaul, sering silaturahmi ke lembaga-lembaga penelitian, demi sebuah informasi yang bisa menempanya dikemudian hari mempelajari kehidupan dan perpolitikan atau belajar untuk menjalankan dunia pekerjaan seperti di jurusan yang dia ikuti, ya seperti menjadi peneliti, itu pemikiran Amanda dalam bergaul.
Click…Ehmm, hasilnya bagus, langkah Amanda pun diteruskan memasuki sudut toko buku tersebut, akhirnya Amanda bertemu dengan teman-temannya yang juga sedang libur di toko buku yang dimaksud untuk membicarakan topik sesuai dengan pesan yang diterimanya.
Seniornya di kampus dan sering dianggapnya ‘guru’ dalam berorganisasi memulai diskusi. Sonny mengatakan, ada wacana menarik belakangan ini dan juga tidak lama lagi tanggal 10 November merupakan hari pahlawan, yakni mengenai Layakkah Soeharto yang Presiden kedua republik ini mendapatkan gelar pahlawan.
Amanda, memang rutin mengikuti rapat-rapat kawan dari satu jurusannya Ilmu Politik. Ketika pembicaraan mulai seru, Amanda yang merupakan mahasiswa semester 1, itu hanya menyimak tanpa memberikan komentar.
Di kepala Amanda hanya muncul satu kata dari pembicaraan lima orang kawannya yang turut hadir yaitu Layakkah. Meski diskusi itu telah selesai membahas tema tersebut tanpa saling menyimpulkan siapa yang benar, seperti biasa mahasiswa hanya ingin belajar berdemokrasi dengan mengeluarkan pendapat. Karena Amanda kurang menyimak argumentasi mereka, Ia hanya binggung mengapa ada yang mendukung dan tidak ya? Dan, apakah ini juga mencerminkan aspirasi masyarakat ya? Mungkin masyarakat juga masih binggung tentang jawabannya?
Ketika kebinggungan Amanda membuncah, di saat Ia menunggu mobil di halte kampusnya untuk pulang ke home sweet home. Iseng-iseng Ia pencet speed dial angka 6 di handphonenya, asyik dapat bonus 100 SMS karena sudah kirim 10 SMS. Berarti aku bisa SMS-san untuk mencari tahu Layakkah mantan Presiden RI ke-2 tersebut mendapatkan gelar Pahlawan Nasional?
Diketiknya, “Menurutmu Soeharto Layak Gak Jadi Pahlawan Nasional? Alasannya? Trims…hehe. Pertama-tama di SMS-nya untuk 1 orang seniornya yang badannya besar seperti tokoh-tokoh di Yakuza, Seram gitu deh, tapi yang pasti tokoh di Yakuza diibaratkan tegas dan juga bersahabat makanya mereka sangat menghargai persaudaraan. Hasil jawabannya, Gak…alasannya sih cuma masalah jasa-jasanya yang perlu diteliti kembali keasliannya, biasa deh anak politik dikit-dikit penelitian.
Tidak puas, Amanda pun langsung ingin buat survei, lagi-lagi karena SMS gratis. Kalau 12 orang sahabat seru nih, sempelnya acak aja, intinya sahabat, tapi dengan beragam pekerjaan. Kalau sih Yakuza kan seorang desainer dari pekerjaan kuli tinta. Berarti 11 lagi, oh ya, peneliti, penulis, Pegawai Negeri Sipil, mahasiswa yang masih kuliah, juga mahasiswa S2, sama pekerja dari instansi televisi deh.
Ternyata, keterwakilan perempuan juga harus ya, pikir Amanda pula. Dicarinya dari daftar teman dihandphonenya ternyata sedikit juga ya, ada sih tapi cukup tiga kali aja, teman SMA, teman kuliah satu semester dan satu jurusan, terus sama senior yang katanya dia sendiri kulitnya seperti udang rebus…ups..becanda ya kawan…hehe.
SMS kedua dari perwakilan perempuan, kawan satu semesternya, jawabannya masuk kategori ragu-ragu. Meski yang dibicarakannya juga sama dengan Yakuza tentang jasa.
Tidak lama kemudian, senior yang lagi kuliah S2 menjawab dengan tegas, layak…lagi-lagi alasannya tentang jasa. Handphone Amanda pun berdering berlanjut, sekarang temannya dari Pegawai Negeri Sipil dari dua orang hanya menjawab satu, dengan tegas pula tidak layak, tetapi tetap soal jasa.
Amanda makin penasaran, menunggu balasan yang lain, tidak muncul-muncul, ternyata ada balasan dari sobat, seorang penulis, cukup singkat jawabannya tapi beda dengan yang lain, dia hanya menjawab enggak lah, meski Amanda minta balasan alasannya, tetap tidak ditanggapi. Tak apalah, bathin Amanda, paling juga soal jasa.
Wow, kawan dari instansi televisi, balas SMS, pantas. Alasannya, tetap soal jasa. Tak lama kemudian, SMS bunyi lagi…anehnya teman yang satu diskusi di sebuah toko buku itu, malah tidak memberikan jawaban, karena ngelantur balasan SMS-nya, tidak sesuai topik.
Membuat Amanda nyengir membacanya, dan dia ingat bahwa temannya itu habis jemput cewenya anak universitas negeri ternama, katanya ya, sehingga lagi falling in love, jadi bacanya tidak jelas, mungkin juga kaca matanya yang harus diganti dengan plus…bathin Amanda untuk menghibur dirinya. Sesaat kemudian, Amanda teringat, kok sisanya setengah lagi tidak membalas SMS-nya ya.
Amanda, akhirnya sampai juga di rumahnya, perjalanannya ditempuh satu jam setelah bertarung dengan macet, dan serobot-serobot jalur busway, plus ngebut ngejar setoran.
Setelah mandi, Ia pun langsung nonton televisi dikost-annya, Amanda senang sekali nonton film action. Tapi Ia binggung, film action adanya hanya di dua stasiun televisi. Nonton televisi yang baru berulang tahun ke-8, action sih action, tetapi setiap ada sadis dipotong, padahal namanya tembak-tembakan atau perkelahian ya sedikit sadis. Mengganggu kenikmatan aja, padahal di sana serunya, gerutunya. Kalau stasiun televisi yang ada di Mampang, film action sih, tapi yang itu lagi, itu lagi. Tetapi nonton yang di Mampang lah, aksi balap-balapan nih, pikirnya.
Lagi enak-enak nonton, ada SMS lagi dari kawannya yang peneliti, tepat pukul 23:09 WIB, jawabannya tidak…lagi-lagi masalah jasa atau hasil kinerja maupun kebijakannya yang masih perlu diperdebatkan.
Dari jawaban itu, membuat Amanda tertarik merangkup hasil iseng-iseng belajar dari SMS gratis tersebut, hasilnya adalah 4 orang mengatakan tidak atau sebesar 33.33%, sementara 2 orang mengatakan ya, berarti sebesar 16.67%; sementara 1 orang ragu-ragu sebesar 8.33% dan sisanya 5 orang memilih tidak menjawab atau sebesar 41.67% lah.
Amanda semakin binggung, tetapi kebingungannya segera reda, ketika nonton film aksi mobil balap-balapan. Seorang sahabat dari jagoan, harus berkelahi dengan kawan dari musuh bebuyutan si jagoan. Sahabat itu kalah, tetapi jagoan datang melerai, sehingga membuat marah kawan dari si musuh bebuyutan tersebut. Ketika diketahui ternyata si musuh, i-pad nya rusak oleh kesalahannya sendiri tetapi menuduh sahabat dari si jagoan dan minta digantikan. Si jagoan pun melerai, menengahi, dan memberi uang.
Sahabat itu pun marah karena sikap si jagoan tersebut, dan berkata, jika barang orang-orang di sekolah ini juga rusak nantinya pasti minta ganti ke kita. Seorang wanita yang diperebutkan dan awal atau inti film aksi balap mobil berupa permusuhan antara si jagoan dengan musuhnya tersebut, berkata “Ternyata sulit jadi Pahlawan Kan?” Si jagoan hanya berkata, “Ajari Aku Ya, Kapan-kapan?”•

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

html