Selasa, 22 Juni 2010

PKS Bekerjasama Dengan Amerika Serikat: Politik Blunder atau Politik Cerdas

Oleh: Efriza, Penulis buku “Ilmu Politik; Dari Ilmu Politik sampai Sistem Pemerintahan”
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) akan menyelenggarakan Munas ke II pada 16-20 Juni 2010, menjelang Munas PKS ini ada hal yang menarik, yaitu PKS akan menjalin hubungan dengan Amerika Serikat.
Langkah ini ditunjukkan dengan penyelenggaraan Munas diselenggarakan di Hotel Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta. Ritz-Carlton selama ini dianggap simbol Amerika dan berkali-kali menjadi target teroris anti-Amerika. Bukan hanya itu saja, juga diundangnya Duta Besar Amerika Cameron R. Hume untuk menjadi salah satu pembicara, mengenai Sikap Politik Presiden Barack Obama terhadap dunia Islam. Selain itu, Panitia Munas juga akan menyelenggarakan lomba menulis surat untuk Obama.
Undangan juga bukan hanya ditujukan untuk kedutaan Amerika Serikat, tapi juga undangan serupa dikirim kepada Duta Besar Cina, Australia, dan Jerman atau sekitar 40 perwakilan negara Asing yang diharapkan hadir.
Dari strategi ini menampakkan makna bahwa PKS ingin konsisten menjadi Partai Terbuka, sebab pada pemilu 2009 PKS telah menyatakan terbuka. Terbuka di sini bukan hanya dilihat massa PKS tidak lagi menjadi full konstituen dari kategori Islam saja. Namun maksud dari terbuka di sini adalah, PKS bukan garis Islam tertutup atau radikal, maupun garis Islam yang dipegang teguh oleh keyakinan para teroris yang sangat memusuhi Amerika Serikat.
Langkah strategis bekerjasama dengan Amerika Serikat atau negara-negara lainnya, bukan hanya dilihat dari skup itu saja, melainkan PKS ingin mengambil kesempatan momentum Pemilu 2014, dengan memperluas konsentrasi perolehan suara dengan demikian langkah PKS menjadi pemenang ketiga dapat terwujud.
Strategi ini juga diharapkan nantinya pada Pemilu 2014 yang merupakan sebuah Pasar Bebas dalam penentuan calon presiden. PKS dapat mencalonkan kadernya sebagai calon presiden. Sebab jika PKS sebagai partai berbasis Islam masih identik dengan ketertutupan, maka negara-negara lain tidak akan memberikan sinyal mendukung calon presiden yang diusung dari kader PKS. Dengan tidak adanya sinyal dukungan dari negara-negara lain, maka masyarakat pun akan bersikap antipati terhadap calon tersebut.
Namun strategi ini memerlukan pembuktian, karena pengalaman Pemilu 2009 kenaikan perolehan PKS tidak begitu besar sebab tidak sampai 5%. Misalnya, Pemilu 2004 perolehan suara PKS 7,34% sementara Pemilu 2009 menjadi 10,18%. Dari sini terlihat, Masyarakat kurang mengapresiasi keputusan PKS menjadi Partai Terbuka.
Sehingga demikian, jangan-jangan keputusan PKS menjalin kerjasama dengan Amerika Serikat secara terang-benderang malah menurunkan perolehan suara di Pemilu 2014, karena masyarakat Islam merasa resah atas ulah Amerika Serikat yang semena-mena terhadap negara-negara lain khususnya yang berbasis masyarakat Islam.●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

html